Sabtu, 27 Maret 2010

www.pojokinfo.net

Jika Selarasnya Jiwa

Jika Selarasnya Jiwa




Oleh Indri S Rozas


------
”Jika selarasnya jiwa bukanlah suatu hal yang istimewa, mana
mungkin ribuan roman lahir dari tangan para pujangga… Semangat-Semangat!
Allahu Ghayatuna... Semoga Allah Memudahkan segalanya...”

Segera kukirimkan sms tersebut kepada salah satu sahabatku di belahan
barat pulau jawa sana. Sebentar lagi ia akan menggenapkan separuh
dien-nya. Hmm... kutarik nafas panjang saat teringat semuanya.

Andai saja di saat-saat seperti ini aku bisa berada di dekatnya.
Setidaknya untuk sekedar memberikan kekuatan dan dukungan di sampingnya.

Tapi biarlah, kukirimkan saja doa dari tempatku sekarang berada.
Semoga sms yang kukirimkan hari ini sedikit memberikan pencerah pada
kegundahan yang sedang menyelimutinya.

Dia, salah seorang sahabat terbaikku. Dialah yang mengajarkanku apa
arti memberi, menyayangi, serta bagaimana bersabar atas segala yang
terjadi... Dia, tidak hanya sahabatku, tapi juga murobbiku, guruku.
Dia... yang merawatku, membuatkan teh hangat dan indomie telor saat aku
demam karena kehujanan sepulang kuliahku, dan bahkan sampai
bertahun-tahun ketika hal itu masih terjadi ketika aku bersin-bersin
sepulang dari kantorku. Dia bahkan tak segan menyetrikakan bajuku saat
aku sedang terburu-buru mengejar sesuatu, padahal dia bukan seorang
pembantu.

Dialah yang selalu mendengarkan keluh kesahku. Dia selalu siap untuk
diam saat aku marah-marah menumpahkan seluruh kesah tentang teman-teman
kuliahku... bahkan sampai tentang masalah-masalah di tempat kerjaku.

Iya, enam tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah kebersamaan.
Enam tahun kami bersama dalam satu atap kost-an tercinta. Enam tahun
sudah aku mengenal pribadinya yang sungguh istimewa. Teramat istimewa
bahkan untuk memiliki sahabat se-egois diriku. Melalui dialah aku
belajar apa itu kelembutan. Melalui dia pula aku belajar tentang
keikhlasan. Tentang kasih sayang... tentang segalanya.

Dan... sebentar lagi, dia akan memutuskan untuk melanjutkan
mengarungi samudera kehidupan bersama ikhwan pilihannya.
...
Kebersamaan terakhir kami adalah saat ramadhan yang lalu. Saat aku
janjian untuk bersamanya i’tikaf di At tin. Saat itu aku sedang ada
beberapa urusan di Bogor, sedangkan dia saat itu sudah bekerja di kota
kelahirannya, 120 km sebelah barat kota Jakarta. Tapi kami berjanji
untuk meluangkan waktu untuk mengenang kebersamaan kami seperti
tahun-tahun yang telah lalu...

Masih kuingat saat aku pamitan meninggalkan Jakarta dan At-Tin yang
begitu istimewa bagi kamu berdua. ”Hati-hati ya ukh, jaga diri
baik-baik. Aku yakin ada banyak hal yang bisa kamu kerjakan di kampung
halamanmu. Tetaplah menjadi sahabatku yang nomor satu. Sahabatku yang
selalu tersenyum. Sahabatku yang selalu ceria apapun masalah yang tengah
melanda. Jaga kejernihan hati dan keikhlasanmu ukh...”

Tak terasa mengalir airmataku saat mengingat pesan-pesannya kala itu.
Ah ukhti... andai aku bisa melukiskan rasa terimakasihku padamu. Andai
saja engkau tahu, engkaulah wanita kedua setelah ibuku yang begitu
perhatian dan menjadi teladan dalam hidupku.

Aku bukanlah siapa-siapa sebelum mengenalmu. Aku hanyalah orang desa
yang kasar, yang keras kepala, yang ekspresif, dan tanpa tedeng
aling-aling saat menyampaikan sesuatu. Aku adalah seorang yang egois,
tak pernah memikirkan perasaan orang lain, tak punya fikih dalam
berdakwah, tak punya seni dalam berkomunikasi, dan tak pernah memikirkan
akan kubawa kemana hidupku.

Sampai aku mengenalmu. Iya, sampai aku bertemu dirimu. Engkau dengan
sabar memolesku. Memahatku. Hingga aku menjadi diri yang sekarang.
...
Airmata kembali menetes saat mengingat dirinya. Mungkin, untuk orang
lain dia bukanlah siapa-siapa. Secara fisik dia mungkin biasa saja.
Bahkan mungkin untuk ikhwan-ikhwan yang lebih mementingkan penampilan
luar, dia tidak akan masuk ke dalam pilihan pertama atau kedua.

Itulah kenapa aku begitu bahagia saat mendengar ada ikhwan yang telah
meminangnya. Iya, hakikatnya memang manusia Allah Ciptakan
berpasang-pasangan, aku bahagia... sekali mendengar suara cerianya saat
menyampaikan kabar tersebut.

Tapi... ternyata jalan yang ia tempuh tak semudah itu. Calon kelurga
sang ikhwan menjadi penghalang. Entah karena sebab apa. Mungkin karena
dia kurang cantik, atau kurang kaya, atau entahlah. Akhirnya
keluarganya menghadapi sikap-sikap yang kurang berkenan dari sang calon
besan. Entah, aku pun tak tahu cerita yang sesungguhnya. Dia tak mau
cerita apa-apa, dia cuma bilang ”Alhamdulillah semua proses baik-baik
saja”, saat aku menelponnya. Lalu darimana aku tahu cerita ini? Aku tahu
kabar ini dari kakaknya yang kebetulan tinggal di kotaku saat ini.
Tapi... semoga ini adalah permasalahan yang wajar saja. Permasalahan
seperti ini (katanya) kerap hadir pada awal-awal sebuah pernikahan.
Tak
apa. Aku tahu dia adalah sosok yang tegar. Dia pasti bisa melewati
kerikil-kerikil yang menghadang.

Tapi sekalipun begitu, jujur... aku ingin sekali berada di dekatnya
saat ini. Tuk sekedar berbagi tawa dan canda lagi.

”Selarasnya jiwa memang suatu hal yang teramat istimewa, karenanya
tak semua hati bisa tertaut dan merasakan kasih sayang yang sama... ”

Kembali kukirimkan sms itu untuk sahabat-sahabat terdekatku. Semoga
mereka tahu... walaupun seribu peristiwa berlalu... merekalah
sahabat-sahabat terbaik yang pernah singgah dalam hidupku...

Sungguh benar kalimatNya dalam Q.S Huud:118-119. ..

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali
orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah
menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan:
sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia
(yang durhaka) semuanya.

Teriring doa tulus untuk sahabat-sahabatku di belahan manapun mereka
berada...
Rabbana... terimakasih atas nikmat ukhuwah yang Engkau augerahkan
antara kami semua. Mudahkanlah urusan-urusan sahabat-sahabat hamba di
manapun mereka berada... Berikanlah akhir kehidupan yang sebaik-baiknya
untuk kami semua... Aamiin. (Tuban-ku, 16 januari 2007)

=====sumber: eramuslim. com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

0 komentar:

Posting Komentar